Sahabat Informasi

Temukan Pengetahuan Terbaru dan Terpercaya di SahabatInformasi.com

FOMO di Era Scroll Tak Berujung

Ilustrasi Media Sosial
Ilustrasi Media Sosial
Author: Regina
Sumber: sahabatinformasi.com
Keterangan: Pernah nggak sih, kamu cuma niat cek notifikasi sebentar, tapi malah keasyikan scroll media sosial sampai lupa waktu? Awalnya cuma lihat satu postingan, terus lanjut ke video lucu, berita viral, atau update dari teman tahu-tahu sudah satu jam berlalu. Fenomena ini bukan cuma kamu yang ngalamin. Banyak orang merasa terjebak dalam endless scrolling, di mana jempol terus bergerak tanpa sadar.

Di era digital, kita hidup dalam dunia yang tak pernah benar-benar diam. Setiap kali membuka ponsel, kita disambut oleh aliran konten yang terus mengalir—foto liburan, pencapaian teman, tren terbaru, dan momen viral yang datang silih berganti. Di balik kemudahan akses itu, muncul satu fenomena psikologis yang makin meresahkan: FOMO, atau Fear of Missing Out.

FOMO bukan sekadar rasa iri. Ia adalah kecemasan halus yang muncul saat kita merasa tertinggal dari kehidupan orang lain. Kita scroll tanpa henti, bukan karena ingin tahu, tapi karena takut ketinggalan. Takut tidak ikut tren. Takut tidak relevan. Takut tidak cukup.

Daftar Isi

Media sosial dirancang untuk membuat kita terus melihat. Algoritma menyajikan konten yang memicu rasa penasaran, emosi, dan perbandingan sosial. Kita melihat orang lain menikah, pindah kerja, punya anak, liburan ke tempat eksotis—dan mulai bertanya: “Aku kapan?”

Scroll tak berujung ini menciptakan ilusi bahwa semua orang sedang menjalani hidup yang lebih menarik. Padahal, yang kita lihat hanyalah highlight. Potongan-potongan terbaik yang dipilih dengan cermat. Kita membandingkan realita kita dengan versi editan orang lain, dan merasa kalah sebelum bertanding.

FOMO bisa memengaruhi kesehatan mental. Ia memicu stres, rasa tidak puas, dan bahkan depresi ringan. Kita merasa harus selalu aktif, selalu update, selalu hadir. Istirahat jadi terasa bersalah. Offline jadi terasa seperti menghilang.

Ironisnya, semakin kita mencoba “mengejar” yang hilang, semakin kita kehilangan momen nyata. Kita hadir di dunia digital, tapi absen dari kehidupan sehari-hari. Kita tahu kabar orang lain, tapi lupa merawat diri sendiri.

Melawan FOMO bukan berarti berhenti menggunakan media sosial. Tapi kita bisa mulai dengan menyadari pola scroll kita. Bertanya: “Kenapa aku membuka ini?” “Apa yang sedang kucari?” “Apakah ini membuatku merasa lebih baik atau lebih buruk?”

Menetapkan batas waktu, memilih konten yang sehat, dan memberi ruang untuk diam adalah langkah kecil yang berdampak besar. Kita tidak harus tahu segalanya. Kita tidak harus ikut semuanya. Kadang, yang kita butuhkan bukan lebih banyak informasi, tapi lebih banyak ketenangan.

FOMO adalah bayangan yang muncul dari cahaya kehidupan orang lain. Tapi kita punya pilihan untuk tidak hidup dalam bayangan itu. Dunia digital akan terus bergerak, tapi kita bisa memilih kapan berhenti, kapan hadir, dan kapan cukup. Karena hidup bukan tentang mengikuti semua hal—tapi tentang menemukan ruang di mana kita benar-benar merasa utuh.

Oleh Regina, Rabu, 03 September 2025

Related Posts

Internet