Sahabat Informasi

Temukan Pengetahuan Terbaru dan Terpercaya di SahabatInformasi.com

Sejarah dan Warisan Stasiun Bantul di Yogyakarta

Stasiun Bantul: Saksi Bisu Perkembangan Kereta Api di Yogyakarta

Bagian depan stasiun Pasar Bantul.
Bagian depan stasiun Pasar Bantul.
Author: Alqhaderi Aliffianiko
Lisence: CC BY-SA 4.0
Sumber: Wikimedia
URL: https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=34763406

Kabupaten Bantul dulu memiliki beberapa stasiun kereta api, salah satunya adalah Stasiun Bantul atau Stasiun Pasar Bantul (PBL). Meskipun sudah beralih fungsi, bangunan ini masih berdiri kokoh sebagai saksi sejarah perkeretaapian di Bumi Projotamansari.

Stasiun ini terletak di Pedukuhan Nyangkringan, Kalurahan Bantul, Kapanewon Bantul, dan sekarang digunakan sebagai Kantor Sekretariat Komite Olahraga Rekreasi-Masyarakat Indonesia (KORMI) Kabupaten Bantul.

Stasiun Bantul merupakan peninggalan masa kolonial dan bagian dari jalur kereta api Jogja-Srandakan-Brosot. Jalur ini digunakan untuk mengangkut hasil perkebunan seperti tebu dan nila, serta produksi gula dari perkebunan swasta di Bantul dan Adikarto.

Daftar Isi

Tempat bongkar muat barang di Pabrik Gula Bantul dengan sebuah gerbong diatas jalur rel milik NIS yang bergauge besar.
Tempat bongkar muat barang di Pabrik Gula Bantul dengan sebuah gerbong diatas jalur rel milik NIS yang bergauge besar.Source: Oleh Kassian Cephas - View this item in Digital Collections UB Leiden, CC BY 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=40521497

Stasiun Bantul dibangun pada tahun 1895 oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij, salah satu perusahaan kereta api pertama di Hindia Belanda. Lalu pada tahun 1973, layanan umum di stasiun ini ditutup dan hanya melayani angkutan tetes tebu.

Pada tahun 1980-an, stasiun ini ditutup total dan tidak lagi digunakan. Stasiun Bantul sudah tidak difungsikan sebagai stasiun dan digunakan oleh masyarakat sebagai tempat berdagang.

Saat ini, bekas rel di sekitar stasiun dan sepanjang Jalan Bantul sudah tidak terlihat lagi. Keberadaan stasiun ini menjadi saksi perkembangan transportasi dan ekonomi di Bantul.

Eks stasiun Pasar Bantul. Pernah menjadi warung, namun kini sudah menjadi bengkel.
Eks stasiun Pasar Bantul. Pernah menjadi warung, namun kini sudah menjadi bengkel.Source: Oleh Sabjan Badio - Karya sendiri, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=52476095

Bangunan Stasiun Bantul menggunakan model atap limasan dan denah bangunan berbentuk persegi panjang. Ukuran bangunan induknya adalah 14 x 4 meter, tingginya 6,2 meter, dengan tritisan di empat sisinya selebar 1,5 meter.

Bagian dalam lantai menggunakan teraso bermotif dengan warna dasar putih dan merah. Arsitektur ini mencerminkan perpaduan antara fungsi dan estetika pada masa kolonial.

Gedung eks Stasiun Bantul di Jalan Jenderal Sudirman, Pedukuhan Nyangkringan, Kalurahan Bantul, Kabupaten Bantul, Selasa (22/10/2024).
Gedung eks Stasiun Bantul di Jalan Jenderal Sudirman, Pedukuhan Nyangkringan, Kalurahan Bantul, Kabupaten Bantul, Selasa (22/10/2024).Source: Credit image: Pradito Rida Pertana/detikJogja

Kondisi bangunan Stasiun Bantul masih kokoh dan utuh, tetapi kurang terawat karena digunakan untuk kegiatan sehari-hari masyarakat. Luas bangunan stasiun ini 56 meter persegi dan dulu terbagi menjadi empat ruangan: ruang tunggu penumpang, ruang administrasi dan loket penjualan tiket, ruang gudang, dan toilet.

Stasiun Bantul telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan keputusan Bupati Bantul No 13 Tahun 2018. Hal ini menunjukkan pentingnya Stasiun Bantul dalam sejarah dan warisan budaya di Kabupaten Bantul.

Stasiun Bantul bukan hanya sekadar bangunan tua, tetapi juga menyimpan cerita tentang perkembangan wilayah ini dan kontribusinya dalam jaringan transportasi dan ekonomi di masa lampau.

Oleh Regina, Jumat, 25 Oktober 2024

Related Posts

Sejarah