Daftar Isi

Reynhard Sinaga adalah anak dari seorang pengusaha sukses di Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Indonesia dengan jurusan Arsitektur, menulis skripsi berjudul "Power Architecture". Setelah itu, Reynhard pindah ke Inggris pada usia 24 tahun untuk melanjutkan studi perencanaan perkotaan di University of Manchester. Setelah meraih gelar master dalam bidang perencanaan, ia melanjutkan studi di kampus yang sama dengan mengambil gelar master kedua dalam sosiologi, lulus pada tahun 2011.
Reynhard kemudian mendaftar untuk PhD dalam bidang geografi di Universitas Leeds, dengan tesis berjudul 'Seksualitas dan transnasionalisme sehari-hari: Laki-laki gay dan biseksual Asia Selatan di Manchester'. Namun, pendidikan akademisnya terhenti saat ia ditangkap pada tahun 2017. Universitas Leeds memberinya sanksi akademik dan mengeluarkannya dari kampus setelah proses pengadilan dimulai pada tahun 2018.

Dalam persidangan yang mengguncang, Reynhard Sinaga dihadapkan pada bukti yang memperlihatkan skala kejahatannya yang menggemparkan. Ia dituduh melakukan ratusan tindak pemerkosaan terhadap pria muda di apartemennya di pusat kota Manchester. Penyidikan mengungkap bahwa semua korban adalah pria berusia antara 17 hingga 36 tahun, yang kebanyakan ditemui Reynhard di sekitar area klub malam atau ketika mereka dalam keadaan mabuk atau rentan.
Modus operandi Reynhard melibatkan memberikan obat-obatan seperti GHB kepada korban, yang membuat mereka kehilangan kesadaran atau ingatan. Setelah itu, ia memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan serangkaian pemerkosaan yang direkam dengan menggunakan telepon seluler. Bukti video yang ditemukan oleh polisi menunjukkan bahwa serangkaian tindakan kejahatannya mencakup sejumlah besar korban, dan rekaman-rekaman ini menjadi bukti sentral dalam pengadilan terhadapnya.
Reynhard Sinaga dijatuhi hukuman seumur hidup atas dakwaan 159 kejahatan seksual, yang mencakup 136 pemerkosaan, 8 percobaan pemerkosaan, dan 14 penyerangan seksual terhadap 48 pria yang berbeda. Kasus ini menjadi salah satu kasus kejahatan seksual terbesar dalam sejarah hukum Inggris, memunculkan reaksi luas dari masyarakat dan pemerintah terkait perlindungan terhadap korban dan pencegahan kejahatan serupa di masa depan.
Keputusan pengadilan atas Reynhard Sinaga tidak hanya menandai akhir dari kebebasannya, tetapi juga mengungkap bagaimana individu yang tampaknya memiliki kehidupan yang sukses dan pendidikan yang tinggi dapat terlibat dalam kejahatan serius yang merusak banyak nyawa dan mengguncang fondasi kepercayaan publik. Peristiwa ini menjadi pelajaran keras tentang pentingnya sistem hukum yang efektif, perlindungan terhadap korban kejahatan seksual, dan upaya pencegahan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.