Sahabat Informasi

Temukan Pengetahuan Terbaru dan Terpercaya di SahabatInformasi.com

Asal Usul Tari Landok Sampot

Menelusuri Asal Usul dan Keunikan Tari Landok Sampot: Warisan Budaya Masyarakat Kluet

Tari Landok Sampot
Tari Landok Sampot

Tari Landok Sampot memiliki sejarah yang mendalam dalam masyarakat Kluet di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Menurut keyakinan masyarakat Kluet, tarian ini diciptakan oleh seorang Panglima Negeri Kluet bernama Amat Sa’id. Sayangnya, sebelum tarian ini sempat berkembang, Ahmad Sa’id hilang dalam sebuah perjalanan di Gunung Lawe Sawah yang sekarang dikenal sebagai Gunung Amat Sa’id. Meskipun penciptanya tidak sempat menyaksikan karyanya berkembang, tarian ini tetap menjadi bagian penting dari budaya Kluet.

Pada masa pemerintahan Raja Imam Balai Pesantun dan Teuku Keujreun Pajelo, Tari Landok Sampot mulai berkembang. Tarian ini dianggap sebagai tarian adat yang disakralkan dan memiliki peran penting dalam setiap upacara adat. Seiring waktu, tarian ini terus dilestarikan sebagai warisan budaya yang memiliki nilai historis dan kultural bagi masyarakat Kluet. Meskipun demikian, tarian ini kini mulai terancam punah dan perlu upaya untuk melestarikannya.

Tari Landok Sampot tidak hanya menjadi simbol kebanggaan masyarakat Kluet, tetapi juga menjadi daya tarik bagi masyarakat luar. Keindahan gerakan tarian ini mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi Kluet yang harus terus dijaga. Dengan memahami sejarah dan asal usul Tari Landok Sampot, generasi muda dapat lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya nenek moyang mereka.

Daftar Isi

Tari Landok Sampot merupakan tari persembahan yang ditampilkan sebagai tanda penghormatan kepada tamu atau orang yang dimuliakan dalam sebuah upacara adat. Dalam sejarahnya, tarian ini digunakan untuk menyambut kalangan raja-raja atau ditarikan di kalangan masyarakat dengan persetujuan raja. Contoh upacara yang menggunakan tarian ini antara lain adalah upacara perkawinan dan khitan. Tarian ini mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Kluet dalam menghormati tamu dan orang yang dimuliakan.

Seiring berjalannya waktu, Tari Landok Sampot mengalami perubahan dalam fungsi dan makna. Kini, tarian ini tidak hanya digunakan dalam upacara adat, tetapi juga untuk menyambut tamu kenegaraan meskipun bukan orang Kluet. Hal ini menunjukkan bahwa tarian ini tetap relevan dalam konteks modern dan dapat diterima oleh berbagai kalangan. Selain sebagai bentuk penghormatan, tarian ini juga menjadi sarana untuk memperkenalkan budaya Kluet kepada dunia luar.

Makna dari Tari Landok Sampot juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas masyarakat Kluet. Melalui tarian ini, masyarakat Kluet menunjukkan rasa kebanggaan mereka terhadap budaya dan tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Dengan demikian, Tari Landok Sampot tidak hanya berfungsi sebagai tarian hiburan, tetapi juga sebagai simbol identitas dan kebanggaan masyarakat Kluet.

Tari Landok Sampot dimainkan oleh delapan orang laki-laki dewasa, diiringi oleh seorang penyair dan seperangkat alat musik yang terdiri dari Siling, Gong, dua canang, dan dua genderang. Gerakan tarian ini menggambarkan perkelahian antara dua pemuda yang memperebutkan seorang putri raja. Ada lima bagian gerakan dalam tarian ini: Landok Kedidi, Landok Kedayung, Landok Sembar Keluakai, Landok Sampot, dan Landok Pedang. Setiap gerakan memiliki makna dan keunikan tersendiri yang mencerminkan nilai-nilai budaya Kluet.

Gerakan Landok Kedidi misalnya, menampilkan gerakan cepat seperti burung kedidi yang melompat riang dengan tempo cepat. Sedangkan Landok Kedayung menggambarkan gerakan gemulai seperti mendayung sampan. Gerakan Landok Sembar Keluakai menampilkan gerakan cepat, tangkas, dan dinamis seperti burung elang yang menyambar. Landok Sampot menampilkan gerak melecut dan memukul dengan menggunakan bambu seperti tangkai pancing tradisional, sementara Landok Pedang menunjukkan ketangkasan dan kekebalan penari dengan menggunakan pedang.

Musik pengiring yang digunakan dalam Tari Landok Sampot juga memiliki peran penting dalam memperkuat suasana dan makna dari setiap gerakan tarian. Perpaduan antara Siling, Gong, canang, dan genderang menciptakan irama yang khas dan mendalam, sehingga penonton dapat merasakan keindahan dan kekuatan dari tarian ini. Dengan demikian, Tari Landok Sampot bukan hanya sekedar hiburan, tetapi juga sebuah persembahan budaya yang kaya akan nilai-nilai luhur masyarakat Kluet.

Oleh Regina, Jumat, 25 Oktober 2024

Budaya