Daftar Isi
Armada laut Majapahit menggunakan meriam cetbang, senjata yang merupakan sisa serbuan pasukan Mongol yang dipukul mundur oleh Raden Wijaya. Uniknya, hingga kini tidak ada catatan sejarah yang jelas tentang arti kata "cetbang", namun senjata ini diyakini populer sebagai senjata jarak jauh.
Meriam cetbang berbahan besi ini dimodifikasi dan diproduksi sesuai kebutuhan Majapahit. Proses metalurginya melibatkan peleburan besi pada suhu lebih dari 1.500°C dan pencetakan menjadi meriam dengan panjang rata-rata 1-3 meter.
Invasi Dinasti Yuan melalui jalur laut dilakukan sebagai balasan terhadap Raja Kertanegara dari Singasari yang menolak membayar upeti Tiongkok. Namun, pasukan Mongol menghadapi pemberontakan di Kediri yang dipimpin Jayakatwang, sehingga Raja Kertanegara terbunuh.
Raden Wijaya, dibantu pasukan bekas sekutu Majapahit, berhasil memukul mundur tentara Dinasti Yuan dengan menggunakan meriam cetbang. Sejak itu, meriam yang ditinggalkan pasukan Mongol diambil, dimodifikasi, dan diproduksi oleh Majapahit.
Novel ini awalnya berfokus pada Gajah Mada sebagai Mahapatih Majapahit, namun kemudian beralih ke kisah Raden Wijaya. Pembaca diperkenalkan pada peran Arya Wiraraja yang membantu Raden Wijaya meski berada jauh di Madura, karena merasa berhutang budi pada Sri Kertanegara.
Dengan alur yang berkilas balik, novel menyajikan sejarah Majapahit, pertempuran, dan strategi para kesatria, mengakhiri cerita di bagian klimaks dengan kisah yang bersambung, membuat pembaca penasaran akan kelanjutannya.