Daftar Isi

Polusi udara mengandung berbagai bahan kimia berbahaya yang dapat merusak tubuh manusia. Beberapa polutan utama, seperti partikel halus (PM2.5), karbon monoksida, nitrogen dioksida (NO2), dan ozon, memiliki kemampuan untuk menembus saluran pernapasan dan masuk ke dalam aliran darah. Partikel halus ini sangat kecil, sehingga mereka bisa mencapai bagian terdalam paru-paru dan bahkan masuk ke dalam organ tubuh lainnya, menyebabkan peradangan dan kerusakan sel.
Kerusakan sel yang terjadi akibat paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat memicu perubahan genetik pada sel-sel tubuh. Dalam beberapa kasus, kerusakan ini dapat mengganggu fungsi normal sel dan menyebabkan perkembangan tumor. Proses ini terjadi melalui mekanisme yang disebut karsinogenesis, yaitu perubahan sel yang sehat menjadi sel kanker. Zat-zat beracun dalam polusi udara berinteraksi dengan sel tubuh, menyebabkan mutasi yang bisa mengarah pada kanker.
Beberapa jenis kanker, seperti kanker paru-paru, kanker tenggorokan, dan kanker kandung kemih, telah terbukti berkaitan erat dengan paparan polusi udara. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang tinggal di kota-kota besar dengan tingkat polusi tinggi lebih berisiko terkena kanker, terutama kanker paru-paru. Selain itu, paparan polusi juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit kanker.
Paparan jangka panjang terhadap polusi udara meningkatkan risiko penyakit serius, termasuk kanker, karena bahan kimia dalam polusi dapat menyebabkan peradangan kronis. Peradangan yang berlangsung lama di dalam tubuh dapat merusak jaringan dan menyebabkan perubahan pada struktur seluler yang pada akhirnya mengarah pada pembentukan tumor. Oleh karena itu, kualitas udara yang buruk menjadi ancaman kesehatan yang harus diatasi secara serius.
Meskipun kita tidak bisa sepenuhnya menghindari polusi udara, langkah-langkah pencegahan dapat diambil untuk mengurangi dampaknya. Misalnya, menggunakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, menghindari area dengan tingkat polusi tinggi, dan memastikan ruangan dalam rumah memiliki ventilasi yang baik bisa membantu mengurangi risiko terpapar polusi udara yang berbahaya.

Kanker paru-paru adalah salah satu jenis kanker yang paling sering dikaitkan dengan paparan polusi udara. Polusi udara mengandung banyak bahan berbahaya seperti partikel halus PM2.5 dan senyawa kimia yang bisa langsung masuk ke dalam saluran pernapasan. Penelitian menunjukkan bahwa individu yang terpapar polusi udara dalam jangka panjang memiliki peluang lebih besar untuk mengembangkan kanker paru-paru dibandingkan mereka yang tinggal di area dengan kualitas udara yang lebih baik.
PM2.5 adalah partikel mikroskopis yang sangat kecil, hanya sekitar 2,5 mikrometer atau lebih kecil. Partikel-partikel ini mampu menembus dalam saluran pernapasan dan masuk ke dalam aliran darah, yang kemudian bisa mencapai paru-paru dan organ tubuh lainnya. Paparan terhadap partikel-partikel ini dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan paru-paru yang berujung pada perkembangan sel kanker.
Penurunan kualitas udara yang terjadi akibat aktivitas manusia seperti emisi kendaraan, pembakaran bahan bakar fosil, dan polusi industri memicu peningkatan kadar partikel berbahaya di udara. Orang yang tinggal di area dengan tingkat polusi tinggi, terutama di kota besar, lebih berisiko terkena kanker paru-paru. Bahkan, mereka yang tidak merokok sekalipun bisa mengalami peningkatan risiko ini jika terpapar polusi udara dalam waktu yang lama.
Kanker paru-paru yang disebabkan oleh polusi udara biasanya sulit dideteksi pada tahap awal karena gejalanya sering mirip dengan gangguan pernapasan lainnya. Oleh karena itu, diagnosis sering terlambat, yang menyebabkan tingkat kelangsungan hidup yang rendah. Polusi udara, dengan segala dampaknya terhadap kesehatan pernapasan, kini menjadi salah satu faktor utama yang harus diperhitungkan dalam pencegahan kanker paru-paru.

Polusi udara mempengaruhi tubuh melalui mekanisme yang kompleks, salah satunya dengan merusak sel-sel tubuh dan menyebabkan perubahan genetik yang bisa berujung pada kanker. Ketika kita menghirup udara yang tercemar, partikel kecil dan gas berbahaya dapat memasuki saluran pernapasan dan mencapai paru-paru. Partikel-partikel ini dapat merusak jaringan paru-paru dan menyebabkan peradangan kronis yang meningkatkan kerentanannya terhadap kanker.
Kerusakan sel akibat polusi udara terjadi karena bahan kimia dalam polutan bisa bereaksi dengan DNA dalam sel tubuh. Proses ini dapat menyebabkan mutasi genetik yang membuat sel-sel tubuh berfungsi abnormal. Sel yang mengalami mutasi ini bisa berkembang menjadi sel kanker jika mekanisme perbaikan DNA dalam tubuh gagal berfungsi dengan baik.
Selama bertahun-tahun, paparan terhadap polusi udara bisa menyebabkan akumulasi kerusakan pada sel-sel tubuh, khususnya sel-sel paru-paru yang paling terpapar polusi. Peradangan yang berlangsung lama ini berkontribusi pada proses karsinogenik yang mempercepat pembentukan tumor. Selain itu, polusi udara juga mengganggu sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya bertugas mendeteksi dan menghancurkan sel-sel yang tidak normal, termasuk sel kanker.
Mekanisme lain yang turut memperburuk situasi adalah stres oksidatif, yang terjadi ketika tubuh tidak dapat menangani jumlah radikal bebas yang dihasilkan akibat polusi udara. Radikal bebas ini dapat merusak sel-sel sehat dan memicu proses kanker. Stres oksidatif juga memperburuk peradangan dan merusak struktur sel yang pada akhirnya dapat mengarah pada pertumbuhan tumor.

Polusi udara memiliki dampak yang berbeda-beda tergantung pada lokasi dan tingkat paparan. Di kota-kota besar dengan tingkat polusi tinggi, seperti Jakarta, Beijing, atau New Delhi, risiko terkena penyakit terkait polusi udara, termasuk kanker, jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi polutan yang tinggi dari kendaraan bermotor, pabrik, dan aktivitas industri lainnya yang menghasilkan polusi.
Masyarakat yang tinggal di kawasan urban dengan kualitas udara buruk lebih terpapar terhadap partikel halus (PM2.5) dan gas berbahaya seperti karbon monoksida, nitrogen dioksida, dan ozon. Paparan ini dapat menyebabkan kerusakan paru-paru, kanker, dan gangguan pernapasan lainnya. Di sisi lain, daerah pedesaan atau yang jauh dari sumber polusi industri cenderung memiliki kualitas udara yang lebih baik, sehingga risiko terkena kanker terkait polusi udara lebih rendah.
Namun, meskipun daerah pedesaan atau yang terletak di luar kota besar lebih sedikit terpapar polusi, mereka masih dapat terkena dampak polusi udara yang berasal dari sumber yang lebih jauh, seperti kebakaran hutan atau pembakaran limbah. Meskipun kadar polusi lebih rendah, paparan terhadap polutan ini masih dapat meningkatkan risiko kanker, meski dalam jumlah yang lebih kecil.